Arti Dan Makna Pengetahuan Wiyata Mandala | Pola Soal Pelajaran Puisi Dan Pidato Populer

KODE IKLAN 336x280
Kita sudah sering mendengar perumpamaan Wawasan Wiyata Mhebat dan luar biasaa ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA MANDALA
Kita sudah sering mendengar perumpamaan Wawasan Wiyata Mhebat dan luar biasaa. Lalu Apa Arti dan Makna Wawasan Wiyata Mhebat dan luar biasaa ? Ayo simak penjelasan memberikankut ini untuk mengenali arti dan pemahaman dan penjelasan  Wawasan Wiyata Mhebat dan luar biasaa , sehingga kita baik selaku guru maupun selaku siswa sanggup mengimplementasikannya.

A.    Arti dan Makna Wawasan Wiyata Mhebat dan luar biasaa. Wawasan : Suatu persepsi atau sikap yang mendalam terhadap sebuah hakikat. Wiyata : Pendidikan Mhebat dan luar biasaa : Tempat atau lingkungan. Wawasan Wiyata mhebat dan luar biasaa yakni sikap menghargai dan bertanggung tpendapat terhadap lingkungan sekolah selaku wilayah menuntut ilmu pengetahuan. Unsur-unsur wiyata mhebat dan luar biasaa:
1.     Sekolah ialah lingkungan pendidikan
2.     Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung tpendapat sarat atas    penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan sekolah.
3.     Antara guru dan orang busuk tanah siswa mesti ada saling pemahaman dan kerjasama erat untuk mengemban kiprah pendidikan (hubungan yang serasi)
4.     Warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah mesti menjunjung tinggi martabat dan citra guru.
5.     Sekolah mesti bertumpu pada penduduk sekitarnya dan mendukung antarwarga.

B.    SEKOLAH DAN FUNGSINYA
Sekolah ialah wilayah penyelenggaraan PBM , menanamkan dan membuatkan aneka macam analisa , ilmu wawasan , teknologi dan keterampilan. Sekolah ialah lembaga pendidikan formal wilayah berlangsungnya PBM untuk membina dan mengembangkan:
1.        Ilmu wawasan dan teknologi
2.        Pandangan hidup/kepribadian
3.        Hubungan antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan Tuhannya
4.        Kemampuan berkarya.  

C.   FUNGSI SEKOLAH
Fungsi sekolah yakni selaku wilayah penduduk berguru lantaran yakni mempunyai aturan/tata tertib kehidupan yang mengendalikan kekerabatan antara guru , pengurus pendidikan siswa dalam PBM untuk meraih tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan dlam situasi yang dinamis.

D.   CIRI-CIRI SEKOLAH SEBAGAI MASYARALAT BELAJAR
Ciri-ciri sekolah selaku penduduk berguru yakni :
1.        Ada guru dan siswa , timbulnya PBM yang tertib
2.        Tercapainya penduduk yang sadar , mau berguru dan melakukan pekerjaan keras.
3.        Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya.

E.    PRINSIP SEKOLAH
Sekolah selaku Wiyata Mhebat dan luar biasaa selain mesti bertumpu pada penduduk sekitarnya , juga mesti menghambat masuknya faham sikap dan tindakan yang secara sadar ataupun tidak sanggup membuat konflik antara sesama lantaran yakni perbedaan suku , agama , asal/usul/keturunan , tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham politik. Sekolah dilarang hidup menyendiri melepaskan diri dari tantangan sosial budaya dalam penduduk wilayah sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi suri referensi bagi kehidupan penduduk sekitarnya , serta bisa menghambat masuknya sikap dan tindakan yang mau membuat pertentangan. Untuk itu sekolah mempunyai prinsip-prinsip selaku memberikankut :
1.     Sekolah selaku wadah/lembaga yang memmemberikankan bekal hidup. Dalam hal ini sekolah semestinya bukan cuma sekedar lembaga yang mencetak para intelektual muda tetapi ludang kecepeh dari itu sekolah mesti menjadi rumah kedua yang memmemberikankan pelayanan dan pengalaman ihwal hidup , mulai dari berorganisasi , bermasyarakat (bermemperkenalkan) , pendidikan lingkungan hidup (PLH) atau bahkan pengalaman hidup yang sesungguhnya.
2.     Sekolah selaku institusi wilayah peserta didik berguru dibawah tutorial pendidik. Bimbingan ludang kecepeh dari sekedar pengajaran. Dalam tutorial kiprah pendidik berubah dari seorang pendidik menjadi seorang orangtua bahkan menjadi seorang kakak.
3.     Sekolah selaku lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi stakeholdernya. Hal tersebut bisa berupa pemerataan peluang memperoleh transfer of knowledge , maupun transfer of experience , dengan tanpa membedakan baik dari sisi kesanggupan ekonomi , kesanggupan intelegensia , dan juga kesanggupan fisik (gagasan sekolah inklusi).
4.     Sekolah selaku lembaga pengembangan bakat dan minat siswa. Prinsip ini sejalan dengan teori multiple intelligence (Howard Gardner) yang menatap bahwa kecerdasan intelektual bukanlah satu-satunya yang perlu diamati oleh lembaga pendidikan , utamanya sekolah. Kemampuan bermemperkenalkan , kesanggupan kinestik , kesanggupan seni dan kemampuan-kemampuan yang lain juga perlu diamati secara seimbang.
5.     Sekolah selaku lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi. Peningkatan kesanggupan intelektual , sentimental maupun kemampuan-kemampuan yang lain memperoleh perhatian yang seimbang.
6.     Sekolah mesti memmemberikankan perhatian serius untuk membuatkan kesanggupan sentimental dan sosial , kesanggupan berkomunikasi dan memberikannteraksi , kesanggupan relevan dalam golongan , dan lain-lain.
7.     Sekolah selaku wahana pengembangan sikap dan watak. Sikap sederhana , jujur , terbuka , sarat toleransi , rela berkomunikasi dan memberikannteraksi , ramah tamah dan dekat , cinta negara , cinta lingkungan , siap bantu menolong khususnya terhadap yang kurang mujur ialah sikap dan watak yang perlu dibentuk di dalam lingkungan sekolah.
8.     Sekolah selaku wahana pendewasaan diri. Di dalam dunia yang berubah begitu cepat , salah satu kompetensi dasar yang mesti dimiliki tiap peserta didik yakni kompetensi dasar: berguru secara mandiri. Dengan proses pendewasaan yang dimemberikankan di sekolah , pendidik tidak lagi perlu menjejali pemikiran peserta didik dengan perintah. Ludang kecepeh dari itu peserta didik akan memperoleh sesuatu yang jauh ludang kecepeh besar knorma dan sopan santun ia mencari dan memperoleh apa yang ia perlukan untuk hidupnya.
9.     Sekolah selaku serpihan dari penduduk berguru (learning society). Sekolah bukan cuma selaku wilayah pembelajaran bagi peserta didik , tetapi juga semestinya sekolah dapat menjadi pusat pembelajaran bagi penduduk di lingkungan sekitar.

F.    PENGGUNAAN SEKOLAH
Sekolah selaku sebuah lembaga pendidikan yang diperuntukan selaku wilayah proses aktivitas berguru mengajar , tidak diperbolehkan dijadikan selaku wilayah :
1.     Ajang penawaran spesial /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak relevan dengan pendidikan.
2.     Sekolah ialah lingkungan bebas rokok bagi tiruana pihak.
3.     Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu yang berbeda dengan undang-undang.
4.     Propaganda politik/kampanye.
5.     Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
6.     . Kegiatan-kegiatan yang sanggup membuat kerusakan , perpecahan , dan perkelahian , sehingga membuat situasi sekolah tidak kondusif.
G.   PENATAAN WIYATA MANDALA DALAM UPAYA KETAHANAN SEKOLAH
1.     Ketahanan sekolah ludang kecepeh menitikberatkan pada upaya-upaya yang bersifat preventif.
2.     Untuk membuat sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya , perlu dijalankan penataan Wiyata Mhebat dan luar biasaa di sekolah lewat tindakan :
a)    Meningkatkan kerjasama dan konsolidasai sesama warga sekolah untuk sanggup menghambat sedini mungkin adanya aktivitas dan tindakan yang sanggup mengusik proses berguru mengajar.
b)     Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.
c)    Melakukan kerjasama dengan Komite sekolah dan pihak keselamatan lokal untuk terselenggaranya ketahanan sekolah.
d)    Mengadakan penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang mempunyai urusan
e)    Mengadakan penyuluhan dan pembinanan kesadaran aturan bagi siswa.
f)      Pembinaan dan pengembangan keimanan , ketaqwaan , norma dan sopan santun bermoral Pancasila , kepribadian sopan santun dan berdisiplin.
g)    Pengembangan akal para siswa , tekun berguru , gairah menulis , gemar membaca/ informasi/penemuan para sungguh menguasai.
h)    Mengikutsertakan siswa dalam aktivitas ekstrakurikuler dan pengembangan diri.
i)      Mengadakan karya rekreasi dalam rangka pengembangan iptek.

H.   TUGAS , WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB KEPALA SEKOLAH DALAM HAL PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Kepala Sekolah selaku pimpinan utama , bertugas dan bertanggung tpendapat memimpin penyelenggaraan berguru mengajar serta membina pendidik dan tenaga kependidikan serta membina kekerabatan kerja sama dan kiprah serta masyarakat. Kepala Sekolah dalam menjalankan penataan Wiyata Mhebat dan luar biasaa di sekolah , dengan menjalankan kegiatan-kegiatan :
1.      Melaksanakan program-program yang sudah disusun bareng Komite Sekolah.
2.      Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik , OSIS , Komite Sekolah , tokoh penduduk serta pihak keselamatan setempat.
3.     Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berupa perangkat keras (sarana prasarana) dan perangkat lunak (peraturan-peraturan , tata tertib , tata upacara dan lain lain).
4.     Mengadakan konferensi baik berkala maupun insidentil yang bersifat intern sekolah (kepala sekolah , pendidik , orangtua siswa , siswa).
5.     Menyelenggarakan aktivitas yang sanggup menunjang ketahanan sekolah mirip PKS , Pramuka , PMR , Paskibraka , kesenian dan sebagainya.

I.      MEKANISME DALAM PELAKSANAAN WIYATA MANDALA
Dalam rangka terlaksanakan Wiyata Mhebat dan luar biasaa perlu upaya penang-gulangan secara dini setiap permasalahan yang muncul sehingga sanggup menetralisir riskan negatifnya , yakni dilaksanakan secara terpadu , bertahap dan berlanjut selaku memberikankut :
1.        Tahap Preventif Upaya untuk menghapus peluang-peluang yang sanggup memungkinkan terjadinya kasus-kasus negatif di sekolah , lewat antara lain :
a)       Memelihara sekolah , dan lingkungan sekolah serta menghasilkan kekebersihanan dan ketertiban mudah-mudahan siswa merasa tenteram dan mengasyikkan dan tidak ada wilayah tertentu yang dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.
b)       Menciptakan situasi yang harmonis antara pihak pendidik/staf dan siswa serta penduduk di sekeliling sekolah.
c)        Membentuk jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia terhadap aktivitas siswa di lingkungan sekolah.
d)       Menghilangkan bentuk-bentuk perpeloncoan pada dikala MOS.
e)        Meminimalisir keterlibatan golongan maupun individual dalam aktivitas sekolah.
f)         Mengisi jam-jam kosong dengan pelajaran atau aktivitas extra lainnya.
g)       Meningkatkan aktivitas extra kurikuler pada masa awal/akhir semester dan masa piknik sekolah.
h)       Peningkatan keselamatan dan ketertiban khususnya pada dikala berangkat/ usai sekolah.
2.        Tahap Represif Upaya untuk menindak siswa yang sudah melanggar peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah. Upaya Represif mirip :
a)       Mendamaikan para pihak yang terlibat perkelahian memberikankut orangtua/pendidik pembinanya.
b)       Membatasi areal wilayah terjadinya aksi.
c)        Menetralisir isu-isu yang meningkat dan menghambat timbulnya isu-isu baru.
d)       Berkoordinasi dengan pihak keselamatan apabila terdapat pihak luar sekolah yang melanggar keselamatan , ketertiban dan tindakan kriminalitas di lingkungan sekolah.
e)        Mengungkap ludang kecepeh lanjut keterlibatan pihak luar sekolah atas kendala yang muncul dan merampungkan secara hukum.
f)         Mengikutsertakan para sungguh menguasai untuk mengadakan tutorial dan penyuluhan.
g)       Memmemberikankan terhukum sesuai tata tertib yang berlaku.
                                                          






= =



KODE IKLAN 300x 250

Tidak ada komentar untuk "Arti Dan Makna Pengetahuan Wiyata Mandala | Pola Soal Pelajaran Puisi Dan Pidato Populer"